GERHANA BULAN TOTAL

Para ulama sepakat bahwa sholat gerhana matahari adalah sunnah dan dilakukan secara berjamaah. Hanya saja mereka berbeda pendapat tentang tata cara pelaksanaanya, bacaan, waktu dan apakah khotbah merupakan syarat ataukah tidak. Juga apakah gerhana bulan memiliki hukum yang sama dengan gerhana matahari.
Dari A'isyah ra berkata: Gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasululloh SAW kemudian beliau sholat bersama khalayak. Beliau pun berdiri dengan lama, ruku' dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu ruku' dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan sholat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul.
(Muttafaq alaih. HR Bukhori-1212 dan 4624, Muslim 901, Nasa'i, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah.)
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda-tanda kekuasaan Allah, maka apabila kalian melihat gerhana, maka berdo'alah kepada Allah, lalu sholatlah sehingga hilang dari kalian gelap, dan bersedekahlah". (HR. Bukhori-Muslim)
Melihat dhohirnya hadits di atas, maka sholat khusuf (Gerhana Bulan) juga sunnah dan dilaksanakan sabagaimana sholat kusuf (gerhana matahari).
Pagi ini 4 Maret 2007, di seluruh wilayah Indonesia khususnya bagian barat sempat menikmati pemandangan alam berupa gerhana, sekitar jam 5 - 6 pagi saja,karena rembulan keburu tenggelam.
Di PPMI Assalaam seluruh santri melakukan sholat khusuf (Gerhana Bulan) di masjid Assalaam dengan Imam dan khotib, mudir Ma'had Ust.KH. Dr. Mu'inuddinillah Basri,MA.
Hal ini dikarenakan cuaca di kota Solo sangat mendung, bahkan pagi itu sempat turun hujan rintik-rintik.

Sholat dimulai selepas adzan shubuh, dan sebelum melaksanakan sholat Shubuh berjam'ah. Walau GBT terjadi selepas shubuh, namun mengingat ba'da shubuh terlarang untuk melakukan sholat apa pun, maka dilaksanakanlah sebelum melaksanakan sholat shubuh.
Dalam khutbahnya, Ust. Mu'in menyampaikan pesan, bahwa Gerhana adalah kejadian alami dan biasa serta selalu diulang di alam ini. Gerhana tidak ada kaitannya dengan mati atau hidupnya seseorang. Juga tidak boleh dikait-kaitkan dengan banyaknya musibah di Indonesia atau apapun namanya. Justru yang penting, kita wajib mengimani bahwa Allah telah ciptakan sebegitu banyak bintang dan benda langit lainyya. Bersyukurlah, bertobatlah, dan banyaklah berbuat baik di alamini...karena tidak satupun benda di angkasa yang menentang kehendak Allah SWT.
Di tempat terpisah, misalnya di masjid Asy-syifaa Bendo Ketitang Juwiring Klaten; rencana sholat khusuf sudah disuarakan sejak kurang sebulan lalu. Masyarakat di desa ini, mayoritas Muhammadiyah, namun juga ada golongan lain, semisal LDII, MTA, dan NU. Mereka melaksanakan sholat seperti biasanya di masjid dan berjama'ah.

Ada beberapa hal menyangkut sholat gerhana, antara lain sebagai berikut:
1. Tata cara sholat:
Maliki, Syafi'i dan Ahmad serta mayoritas penduduk Hijaz berpendapat bahwa sholat gerhana dengan dua rokaat dengan dua kali ruku'. Sedang Abu Hanifah dan penduduk kufah, menyatakan seperti sholat Id dan Jum'at.
Dalil:
Dari A'isyah ra berkata: Gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasululloh SAW kemudian beliau sholat bersama khalayak. Beliau pun berdiri dengan lama, ruku' dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu ruku' dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan sholat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul.
(Muttafaq alaih. HR Bukhori-1212 dan 4624, Muslim 901, Nasa'i, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
Dalam hadits lain juga oleh Ibnu Abbas, dengan muatan matan serupa, yakni dua rokaat dengan dua kali ruku'. Abu Umar berkata ini hadits gerhana paling shahih.
2. Bacaan :
Malik dan Syafi'i berpendapat pelan, sementaraa Abu Yusuf dan Muhammad bin al-Hasan dan Ishak bin Rahawaih berpendapat keras. Berdasar hadits di atas maka bacaan sholat gerhana itu keras atau jahr.
Di era digital, seperti sekarang ini, kita akhirnya memahami pula mengapa sholat gerhana memiliki kekhususan ketimbang sholat wajib dan umumnya sholat sunnah lainnya. Keistimewaan tersebut dalah terletak pada bilangan ruku' pada setiap roka'atnya. Seperti yang kita tahu, dua kali ruku' di setiap roka'at, adalah serasa aneh. Apalagi sunnahnya harus...lama...sehingga bacaan tasbihnya mestilah panjang dan berulang-ulang.
Inilah salah satu mukjizat kebenaran Islam. Salah satu sifat wajib Rasul adalah 'Fatonah'. Fatonah artinya Rasulullah SAW harus memiliki kecerdasan, bahasa kita sekarang 'jenius' lah. Lalu dimana letak kejeniusan Rasulullah SAW..? Ya...salah satunya di tata cara sholat gerhana ini.

Perhatikan gambar di samping. Orang ruku' artinya sedang membentuk sudut siku. Dalam matematika, sudut siku besarnya adalah 90 derajat. Arti dari ruku' dua kali adalah, 90 derajat x 2 = 180 derajat. Arti dari 180 derajat adalah, saling segaris lurus. Jadi bukankah saat terjadinya fenomena gerhana,baikmatahri maupun bulan, kesemuanya saling segaris lurus.
Pada Gerhana Matahari, posisi bulan di tengah-tengah, antara matahari dan bumi. Pada saat Gerhana Bulan, posisi bumi berada di tengah-tengah, antara matahari dan bulan. Ternyata memang sifat wajib rasul tak sekedar jadi hafalan anak-anak sekolah, namun itulah mukjizat...
"Wamaa yantiqu 'anil hawaa...in huwa illa wahyun yuuhaa...". QS. An-Najm (53):3-4.[+]